Tuesday, December 20, 2011

Hidup itu Anugerah


Tepat 3 hari menjelang berakhirnya diklat BJB, semakin banyak inspirasi yang dapat diambil. Malam ini di acara siraman rohani ada yang berbeda dari biasanya. Oleh kang gozel (nama sapaan trainernya) kita disuruh untuk membuat surat yang ditujukan kepada diri kita sendiri. Surat itu berisi tentang janji kita untuk membuang dan menghilangkan kebiasaan buruk kita dan mengubahnya menjadi lebih baik. Surat itu dibuat dengan sejujur-jujurnya atas apa yang pernah kita rasakan. Akhir surat ditutup dengan ucapan terimakasih kepada orang tua dan orang - orang yang kita sayang.
Sesi selanjutnya, kita diperlihatkan video tentang perilaku anak remaja hingga ia menginjak dewasa. Sebuah perilaku yang mungkin sudah menjadi hal yang umum terjadi. Kenalan remaja yang dianggap biasa oleh pada remaja pada umumnya. Ia lupa akan kesungguhan orang tua dalam mengurusnya. Bahkan terkadang hal sepele semisal menyapu atau sekedar mencuci baju sendiri pun enggan dilakukannya. Malah ia asyik bermain - main dengan gagdet nya.
Berselang 30 menit kemudian kami ditanya siapakah yang ayahnya sudah tiada ? Atau ibu nya sudah tiada ? Kemudian ada yang maju kedepan dan share disana.
Giliran pertama, dia telah ditinggal oleh ibunya karena sakit lupus. Betapa air mata ini tanpa babibu langsung mengucur dengan derasnya. Mengingat kami memiliki kondisi yang sama, yakni tiada memiliki ibu lagi. Setiap mengingat ibu hati ini serasa luluh lantak karena belum sempat membahagiakan beliau. Hanya doa yang bisa terpanjat agar beliau mendapat tempat terbaik di sisi Nya.
Cerita selanjutnya disampaikan oleh teman yang tiada berayah. Dia dibesarkan oleh ibu dan kakaknya. Dia berpesan kepada kami semua agar kami yang masih memiliki orang tua terlebih yang masih memiliki orang tua yang lengkap agar senantiasa menyayanginya dan memberikan yang terbaik untuknya. Dia menyampaikan bahwa ibu adalah manusia super yang pernah Ia temui.
Berikutnya, yang merupakan ending dari sharing ini, disampaikan oleh senior kami yang kebetulan tahun lalu belum mengikuti diklat dan dia berkesempatan mengikutinya tahun ini. Dia menyampaikan perjalanan hidupnya yang begitu memilukan namun ada sejuta makna dibalik itu semua. Dia terlahir dari orang tua yang kemudian tidak membesarkannya. Ketika umur 2 tahun dia diadopsi oleh orang lain hingga ia dewasa. Dia baru mengetahui siapa orang tua yang sebenarnya ketika ia purna dari kuliah. Sungguh pasti kesedihan akan dirasa bagi siapapun yang mengalaminya, terlebih orang tua kandung nya telah tiada. Tapi dia tegar, menjalani kehidupan ini dengan optimis dan bisa berdamai dengan masa lalunya. Dia juga berpesan agar kami semua juga tidak menyiakan kasih sayang yang telah diberikan oleh orang tua. Ending dari siraman rohani ditutup dengan bersalaman dan saling mendoakan kesuksesan bersama.
Inilah malam yang begitu berkesan selama mengikuti diklat. Tidak menyangka bahwa dibalik wajah-wajah ceria mereka tersimpan kisah hidup yang luar biasa. Sungguh menginspirasi. Akhirnya, semoga apa yang telah didapat mampu menjadikan pacuan dalam diri sendiri agar lebih konsisten dalam memperbaiki diri dan lebih bermanfaat dimanapun berada.
"Hidup itu bukan pilihan akan tetapi Anugrah yang harus kita syukuri. Apapun kita, inilah yang terbaik yang tercipta oleh Allah swt. Semakin berdayaguna untuk hidup lebih bermakna"
@Dormitory UPI

No comments:

Post a Comment