Wednesday, November 10, 2010

Pahlawan di Sisi Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pada zaman Rasulullah, hiduplah seorang lelaki bernama Amir bin Jamuh. Meskipun kakinya pincang, Amir bertekad untuk ikut bertempur dalam Perang Uhud. Sejumlah sahabat mencegahnya. "Engkau sebaiknya tak ikut berperang karena kakimu pincang." Namun, Amir yang didukung istrinya tetap bertekad untuk ikut membela agama Allah SWT.

"Aku tidak percaya mereka telah melarangmu untuk ikut dalam pertempuran itu," tutur sang istri. Mendengar dukungan dari istrinya, Amir segera mengambil senjata, kemudian berdoa, "Ya, Allah, janganlah Engkau kembalikan aku kepada keluargaku."

Sosok Pemuda Ideal di Mata Allah

Ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kata-kata pemuda dalam Alquran diistilahkan dengan fatan, seperti firman Allah SWT pada surah al-Anbiya [21] ayat 60 tentang pemuda Ibrahim. "Mereka berkata, 'Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim'."

Bentuk jamak dari fatan adalah fityah (pemuda-pemuda), seperti kisah pemuda-pemuda Ashabul Kahfi pada surah al-Kahfi [18] ayat 13. "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk."

Tuesday, November 09, 2010

Belajar pada anak kecil

Sembari menunggu adzan di Musholla Al-Khomariyah, Kampung Lima, Modernland, aku berdiri tepat di depan jendela Musholla. Nampak diluar anak-anak sedang asyik bercengkrama satu sama lain. Mereka sungguh tidak menampakkan rasa iri, dengki atau ingin menyakiti sesama teman-temannya.
Terlihat dari tempat dimana aku berdiri, anak yang tiduran di shofa luar rumah sambil menggendong gemas kucing kecil.

Sunday, October 24, 2010

Pengasong Kota Modern

(Ilustrasi)
Sayup adzan isya' terdengar membahana di seantero Kota Tangerang. Termasuk di Lake a View Kost (Biasa aku menyebut tempatku bermukim). Bergegas aku menuju Musholla tidak jauh dari tempat kost ku. Nampak di Musholla sudah berdatangan jamaah dari warga sekitar. Tidak berbeda dengan hari - hari sebelumnya, hanya orang itu - itu saja yang kutemui ketika sholat berjamaah di Musholla tersebut.
Ketika berdiri sesaat setelah iqomah berkumandang, pandanganku tertuju pada lelaki setengah baya yang tergesa memasuki Musholla dengan membawa dagangan asongan nampak tidak ingin ketinggalan jamaah.

Friday, October 22, 2010

Fase itu telah aku lalui

Sidang skripsi sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup seorang Mahasiswa di kampus untuk menempuh satu tahap lagi menuju kelulusan. Alhamdulillah aku telah melaluinya dengan berbagai kemudahan yang diberikan oleh Allah swt.
Fase yang dianggap sangat menyeramkan bagi sebagian orang, ternyata tidak sebegitu parah adanya. Malah lebih seperti bincang - bincang akrab antara dosen dan mahasiswa yang begitu ingin saling mengenal satu sama lain :D. Tidak ada yang menyeramkan kecuali pada saat membuka pintu dan palu diketuk, karena aku sangat kaget.
Sungguh diakui bahwa ketika pertama kali membuka pintu, ada perasaan jantung ini berdegup dengan kencang karena semua mata memandang padaku seperti elang yang melihat makhluk mungil untuk dijadikan makan siangnya.

Wednesday, August 18, 2010

Model Bisnis Horisontal Ala Google

Oleh : Yuswohady
Beberapa waktu lalu saya diundang oleh Young Professional Caring Award (YPCA 2010) Caring Colors Martha Tilaar Group (MTG) untuk mengunjungi kantor Google South East Asia di Singapura. Saya diundang ke markas Google dalam rangka mendampingi para pemenang YPCA 2010. YPCA 2010 adalah event yang diselenggarakan oleh Caring Colors MTG untuk memilih ambasador di kalangan profesional yang berprestasi di bidang profesinya masing-masing; ada manajer perusahaan besar, penulis/wartawan, social media entrepeneur, pegawai pemerintah, bahkan guru TK.

Sunday, July 18, 2010

Tips Persiapan Bulan Ramadhan


Pertama, I'dad Ruhi Imani, yakni persiapan ruh keimanan.

Orang - orang yang saleh biasa melakukan persiapan ini seawal mungkin sebelum datang Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya'ban. Biasanya mereka berdoa : "Ya Allah, berikanlah kepada kami keberkatan pada bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami kepada Ramadhan."

Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, dalam surah At-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzhaliman sejak bulan Rajab. Tapi bukan berarti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Rajab kadar keimanan kita sudah meningkat. Boleh dikiaskan,bulan Rajab dan Sya'ban adalah masa pemanasan (warming up),sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu bak sudah terbiasa.

Saturday, June 05, 2010

Untukmu Palestina


Terlalu jenuh kuping ini mendengarkan derita yang seolah tidak ada akhirnya dari rakyat Palestina. Ingin rasanya merengkuh mereka, membantu mereka dari dekat karena seolah dunia tak ada yang tergerak secara tegas untuk menolong mereka. Termasuk aku hanya bisa sedih, geram dengan kebiadaban Zionis bengis dengan aneka sifat kesetanannya.

Palestina, satu kata yang sering memotivasiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang memiliki makna ketika dilahirkannya aku di dunia ini. Bagaimana tidak, di tengah kondisi yang suram penuh dengan tekanan dan perlawanan, mereka tetap tersenyum dan bersemangat dalam menjalani hidup. Bahkan tidak sedikit putra putri mereka yang berprestasi di tengah keterbatasan mereka.

Kadang aku berpikir "Apa ya yang dapat aku lakukan untuk membantu menolong mereka ?". Untuk kesiapan kesana, jelas aku belum sanggup. seolah diri ini menjadi pengecut yang tidak berani menolong saudaranya yang terkena musibah. Namun sejatinya untuk membantu perang secara fisik prioritas yang utama adalah saudara-saudara disekitar Palestina. Negara - negara timur tengahlah yang seharusnya bersatu padu untuk melawan kejahatan kemanusiaan israel. Satu hal yang membuat heran adalah sampai detik ini semua seolah membisu (kecuali beberapa negara).

Ini tidak menjadikan alasan bagiku untuk tidak ikut serta menolong mereka. Aku masih dapat membantu mereka secara moral dan financial. Ternyata itu yang harus aku maksimalkan. Semoga bantuanku yang kecil ini dapat bermanfaat meskipun jarak yang jauh menjadi pemisah fisik kita tetapi bukan hati kita.

Tetap semangat saudaraku, Allah swt selalu menyayangi-Mu. Semoga senyummu kelak dapat terukir diatas kebahagiaan.

Dini hari menjelang Aksi Solidaritas Kemanusiaan untuk Palestina
Pelajar dan Mahasiswa Se-Kota Tangerang. 5 June, 2010

Saturday, April 10, 2010

Perahu Besar Itu Bernama Tawakal


Dikisahkan ada dua orang pengembara yang sedang melakukan perjalanan kesebuah tempat. Untuk melakukan perjalanan ke tempat tersebut, mereka harus menaiki sebuah perahu yang sangat besar.

Sesampainya di perahu, pengembara pertama dengan santainya meletakkan barang bawaannya yang begitu berat laiknya orang yang akan bepergian jauh untuk kemudian beristirahat. Sebaliknya, pengembara kedua masih berdiri diatas kapal dengan memanggul barang bawaannya yang berat.

Pengembara pertama menyapa pengembara kedua untuk menurunkan barang bawaannya dan segera beristirahat karena perjalanan masih sangat jauh. Namun pengembara kedua tidak menggubris saran dari rekannya tersebut. Bahkan pemilik kapal yang memperingatkannya pun juga tidak digubris dengan alasan dia ingin melindungi barang bawaannya dan dia sanggup untuk melakukan itu. Dia juga beranggapan bahwa banyak diantara penumpang lain yang juga melakukan hal yang sama.

Semakin lama tubuh pengembara tersebut juga semakin letih untuk menahan beban tersebut. Disisi lain, diapun melihat penumpang lain yang mati tertindih barang bawaannya karena tubuhnya tidak kuat untuk terus menahannya. Akhirnya dia putuskan untuk menurunkan barang bawaannya tersebut di lantai kapal. Setelah meletakkannya diapun merasa lebih baik dan nyaman.

----------------------------------
Sahabat tahukah kita kalo pengembara-pengembara itu adalah kita, sedangkan barang-barang bawaan adalah beban-beban kehidupan kita dan kapal besar itu adalah tawakal kepada Nya.

Teramat banyak dari kita yang begitu angkuh merasa diri sanggup memikul beban-beban kehidupan ini sendiri. Tanpa pernah sadar bahwa sebenarnya Allah telah menyediakan ruang besar tempat kita meletakan beban-beban kehidupan hidup kita yang teramat sangat berat itu.

Ruang besar itu bernama tawakal kepada Nya. Betapa naifnya kita jika merasa bahwa kita sanggup mengatasi setiap masalah kehidupan ini sendiri.

Seorang mukmin adalah orang yang cerdas dalam memahami kehidupan ini. Ia begitu mengenal karakteristik kehidupan ini yang penuh dengan cobaan dan rintangan, walaupun demikian ia juga telah sangat paham bahwa semua beban-beban itu tidak akan memberatkan kehidupannya jika ia meletakannya di tempat yang telah Allah SWT sediakan.

Seberat apaun beban yang di amanahkan Allah SWT kepada nya segera ia letakan di tempat bernama tawakal itu melalui sujud-sujud panjangnya, melalui kesitiqomahannya dalam beramal baik, melalui sedekah-sedekahnya, melalui munajatnya di sepertiga malam seraya dengan penuh semangat dan usaha yang optimal terus berusaha menjalani kehidupan ini.

Kalau kita mau jujur terhadap diri sendiri, pastinya kita akan sadar bahwa kita teramat lemah untuk menjalani kehidupan ini tanpa pertolonganNya. Jika kita merasa kuat lantas mengapa kita tidak dapat mengambil kembali sesuatu yang telah diamabil lalat dari makanan kita, mengapa kita tidak menahan nyawa orang yang kita sayangi ketika sakaratul mautnya, mengapa kita tidak bisa mengahadirkan kebahagian dan ketenangan jiwa kapan saja sesuka hati kita.

Jika semua kita dapat memahami kehidupan ini dengan baik. Kita dapat memahami bahwa Allah telah menyediakan ruang luas agar beban-beban kehidupan itu tidak memberatkan kita.

Maka tidak akan ada orang yang hari-harinya nya dipenuhi dengan bermuram durja, kita tidak kan mendengar banyaknya kabar seseorang mengakhiri kehidupannya dengan menggantung diri atau meminum racun hanya karena tidak dapat membayar hutang tiga ratus ribu rupiah yang harus dilunasinya, dan segala macam bentuk keputusasaan lainnya akibat tidak pernah memahami makna kehidupan ini.

Sobat, akankah kita masih tetap angkuh untuk terus memikul beban-beban kehidupan kita sendiri ataukah kita telah menyadari bahwa kita teramat lemah untu memikul beban-beban itu sendiri.

Sehingga kita akan segera meletakannya diruang yang Allah telah sediakan sipertiga malamnya, di sujud-sujud ketika menghadapNya, di majelis-majelis kebaikan hamba-hambaNya yang Shaleh. Tentunya hanya kita yang dapat menjawabnya.

sumber : http://www.eramuslim.com/oase-iman/kapal-besar-itu-bernama-tawakal.htm